-->

Sabtu, 22 Mei 2010

Kebijakan Capital Control Kurang Populis

Kebijakan Capital Control Kurang Populis

Menurut Kepala Riset PT BNI Securities Nurico Gaman wacana penerapan Capital Control yang bisa saja dilakukan pemerintah untuk menekan aliran dana keluar negeri (capital outflow), tidak menjadi langkah populis bagi investor. Hal ini karena Indonesia masih menerapkan sistem devisa bebas, investor juga akan tidak nyaman apabila gelontoran dana mereka ditahan oleh penerapan capital control bahkan dampaknya disinyalir akan bertambah buruk. "Capital Control dikhawatirkan akan berdampak buruk. Investasi mereka dibatas-batasi. Indonesia juga masih menerapkan sistem devisa bebas," jelasnya saat ditemui di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (22/5/2010).Seperti diketahui, investasi yang berasal dari luar negeri (foreign investment) masuk ke Indonesia, jumlahnya begitu besar. Khususnya di pasar modal, dengan kapitalisasi saham per akhir bulan lalu mencapai Rp 2.400 triliun. Sebagian besar dari kapitalisasi tersebut merupakan dana asing.Nah, saat pasar melemah, dana asing begitu mudah lari dari Indonesia. Akibatnya, kapitalisasi turun bahkan mendekati Rp 2.100 triliun per 20 Mei 2010 lalu.Dengan mudah masuk-keluarnya dana asing memunculkan wacana untuk menerapkan capital control. Namun, Norico mempunyai pandangan lain, yaitu langkah yang paling efektif menurutnya adalah dengan memastikan iklim investasi berjalan baik.




"Tugas pemerintah harusnya menjaga iklim investasi. Ini lebih penting. Bahkan dengan langkah ini, jika pasar uang terjaga terus maka investasi langsung (foreign direct investment) bisa semakin besar. Investor kan lihat dulu pasar uangnya, sebelum ke sektor rill," papar Norico.Bank Indonesia (BI) juga bungkam saat ditanya apakah akan menerapkan capital control, seiring pelemahan mata uang lokal ke level Rp 9.300 per dollar AS, akibat sentimen negatif krisis Yunani. Pjs Gubernur BI, Darmin Nasution sebelumnya mengatakan akan lebih mementingkan untuk masuk ke pasar, guna menjaga mata uang rupiah."Kita masih ada pasar kok, untuk menjaga rupiah tidak jatuh lebih dalam," kata Darmin, Jumat (21/5/2010) kemarin.

0 Comments: