BI rate diperkirakan naik di Q-III 2010
Dalam 3 bulan pertama di 2010 ini, Bank Indoneisa (BI) terus menahan tingkat BI Rate di level 6,5%. BI akan terus menahan BI Rate sebesar 6,5% selama semester I-2010 dan akan mulai naik pada semester II-2010. Demikian hasil analisa peneliti Citi Johanna Chu
"Saat laju inflasi diperkirakan akan mulai tinggi saat ekonomi pulih, maka tekanan harga mulai naik, dan ini membuat BI perlahan menaikkan BI Rate," ujarnya.Seperti diketahui, pada bulan Maret 2010 ini, BI kembali memutuskan untuk menahan BI Rate di tingkat 6,5%. Dengan keputusan ini maka selama 7 kali berturut-turut, BI Rate ditahan di 6,5%.Johanna mengatakan, di tahun ini BI akan berusaha menjaga tingkat laju inflasi sesuai target awal 4-6%. Inflasi pada bulan Februari 2010 menurut Johanna lebih rendah dari perkiraan yang didorong oleh naiknya harga bahan makanan.
Dalam 3 bulan pertama di 2010 ini, Bank Indoneisa (BI) terus menahan tingkat BI Rate di level 6,5%. BI akan terus menahan BI Rate sebesar 6,5% selama semester I-2010 dan akan mulai naik pada semester II-2010. Demikian hasil analisa peneliti Citi Johanna Chu
"Saat laju inflasi diperkirakan akan mulai tinggi saat ekonomi pulih, maka tekanan harga mulai naik, dan ini membuat BI perlahan menaikkan BI Rate," ujarnya.Seperti diketahui, pada bulan Maret 2010 ini, BI kembali memutuskan untuk menahan BI Rate di tingkat 6,5%. Dengan keputusan ini maka selama 7 kali berturut-turut, BI Rate ditahan di 6,5%.Johanna mengatakan, di tahun ini BI akan berusaha menjaga tingkat laju inflasi sesuai target awal 4-6%. Inflasi pada bulan Februari 2010 menurut Johanna lebih rendah dari perkiraan yang didorong oleh naiknya harga bahan makanan.
Sementara itu BI akan kaji biaya dana & NIM
Masih tingginya biaya dana alias cost of fund di perbankan menjadi sorotan Bank Indonesia (BI). Otoritas perbankan tengah melakukan finalisasi beberapa aturan untuk membenahi struktur dana di perbankan. Aturan ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong pengecilan selisih alias spread bunga kredit dan deposito bank.Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution mengungkapkan, saat ini BI sudah mendapat data lengkap struktur dana di bank untuk rentang satu bulan."Masih kami teliti seperti apa struktur biaya di bank. Kami juga tengah finalisasi sejumlah aturan, yang intinya dari semua (aturan) itu, kami ingin dorong agar spread bunga bank mengecil," jelas Darmin usai sholat Jumat di Mesji Baitul Ichsan Kompleks Bank Indonesia Jakarta, Jumat (5/3).BI tak menutup mata melihat masih tingginya biaya dana bank sekarang ini terkait erat dengan persaingan industri perbankan dalam berebut dana masyarakat. "Dalam rencana bank tahun ini, mereka sudah bersiap memberi kredit. Oleh karena itu, bank perlu menaikkan dana termasuk dengan cara memberikan insentif (di luar bunga)," paparnya.Keinginan BI agar bank lebih giat menyalurkan kredit berimbas pada kian agresifnya bank dalam menarik dana pihak ketiga (DPK) sebagai modal ekspansi. Hal ini nyatanya mempengaruhi biaya dana di bank yang masih saja tinggi meskipun bunga deposito sudah dipatok BI di level 7%."Cost of fund saat ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2007-2008, meski BI rate saat ini jauh lebih rendah dibandingkan bunga acuan periode yang sama," jelas BI dalam Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) Maret.Masih tingginya biaya dana bank ini tak lain karena bank semakin gencar menggeber promosi dan memberikan insentif untuk produk dana murah seperti tabungan.Banyak bank memakai strategi pengemasan produk yang nyatanya menghabiskan biaya sama mahalnya dengan produk deposito. "Biaya promosi, insentif di luar bunga, kesemuanya masuk sebagai ongkos operasional yang menjadi bagian dari struktur dana di bank," jelas Direktur Keuangan Bank Bukopin Tri Joko Prihantoro.Seperti kita ketahui, BI saat ini juga tengah menyiapkan aturan untuk mendorong penyaluran kredit bank yakni melalui insentif tingkat Giro Wajib Minimum (GWM). Karena saling terkait antara target kredit dan imbas pada tingginya cost of fund, BI agaknya butuh waktu lebih lama untuk mengambil kebijakan."Itu semua termasuk yang kami bicarakan. BI menahan BI rate juga supaya spread bisa turun sehingga bunga kredit turun. Ini tidak bisa tiba-tiba, aturannya sedang kami finalisasi, tunggu saja," paparnya.
Bank Indonesia (BI) terus berusaha untuk menekan tingginya bunga kredit dengan menerapkan benchmark dari net interets margin (NIM). BI berharap dengan adanya benchmark ini, maka regulator bank bisa memberikan opsi kepada bank untuk melakukan efisiensi pada bagian yang masih bisa ditekan.Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Halim Alamsyah mengatakan, BI telah menetapakan empat komponen benchmark untuk NIM. Yakni, biaya dana, biaya overhead, biaya premi resiko dan profit margin. "Benchmark itu sudah ada dan sudah disimulasikan. Setelah disimulasikan benchmark itu bisa kita pakai. Sekarang kami minta ke bank-bank melaporkan benchmark itu,"ujarnya.Halim bilang, adanya benchmark ini bukan berarti pihaknya akan mengatur tentang berapa standar overhead dan biaya dana. "Kita tidak sampai kesitu, kita tahu dulu masalahnya baru kita cari solusi, potensi efisiensi dimana bisa dilakukan," ujarnya.Halim menambahkan pengumpulan data ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Maklum, masing-masing bank punya model bisnis yang berbeda.
0 Comments:
Post a Comment