Laporan BI :Kondisi Perbankan Nasional terkondisikan (Stabil)
oleh : zulfikar
Perekonomian Indonesia sampai dengan September 2009 menunjukkan kondisi yang cukup stabil dan mengalami perbaikan seiring dengan terus berlangsungnya pemulihan perekonomian global.Sementara itu kondisi ekonomi di China mengalami perbaikan yang cup signifikan akibat stimulus fiskal yang besar yang didorong dengan pertumbuhan kredit perbankan. Kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal ini diindikasikan masih terjaganya CAR per Juli 2009 sebesar 17,0%. Sementara itu, rasio NPL tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antarbank makin membaik dan pertumbuhan DPK meningkat
Dalam tinjauan kebijakan moneter September 2009, yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) pada awal September 2009 disebutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 diperkirakan akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Meski membaik, masih tingginya tingkat pengangguran dan risiko kesinambungan fiskal di Amerika Serikat dan Eropa menjadi catatan dalam menyikapi perkembangan tersebut.Pemulihan ekonomi global yang berlanjut mendorong perbaikan risiko dan likuiditas pasar keuangan global yang berimbas pada masuknya arus modal asing. Optimisme di pasar keuangan global tercermin pada membaiknya persepsi risiko mendorong turunnya intensitas keketatan likuiditas di pasar uang.Di sektor perbankan global, persepsi risiko juga masih berada dalam tren menurun. Perkembangan positif di pasar keuangan negara maju tersebut berimbas pada pasar keuangan di Asia. Hal itu memicu aliran masuk modal asing ke pasar keuangan regional, termasuk Indonesia. Indeks harga di berbagai bursa saham regional meningkat. Selain itu, nilai tukar negara-negara di kawasan mencatat penguatan sebagai imbas dari arus masuk modal asing.Di dalam negeri, kinerja perekonomian Indonesia terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan sehingga pertumbuhan ekonomi Triwulan III-2009 berpotensi lebih baik dari yang diperkirakan semula sebesar 3,9%. Dari sisi konsumsi, berbagai indikator terkini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat masih kuat.Sementara tingkat penjualan barang eceran dan barang tahan lama (durables) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen akan membaiknya perekonomian juga menjadi faktor yang menjadikan pertumbuhan konsumsi masih menguat. Hal ini didukung pula oleh ketersediaan pembiayaan dari perbankan.Sementara itu, kegiatan investasi di Indonesia belum menunjukkan perbaikan signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi permintaan domestik maupun eksternal yang masih relatif lemah. Di sisi eksternal, membaiknya perekonomian di Cina dan India, telah mendorong perbaikan kegiatan ekspor.Dengan demikian, ekspor berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama triwulan III-2009 berpotensi sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.Di sisi harga, inflasi selama Agustus 2009 mencatat peningkatan sesuai pola musiman terkait dengan aktivitas Ramadhan, namun inflasi inti masih dalam tren menurun. Seiring dengan kegiatan di bulan Ramadhan, terjadi peningkatan harga bahan makanan. Hal ini menyebabkan inflasi kelompok makanan bergejolak (volatile food) mencatat peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.Sementara itu, inflasi inti masih dalam tren menurun, didukung oleh penguatan nilai tukar, rendahnya tekanan imported inflation, serta menurunnya ekspektasi inflasi masyarakat. Lebih lanjut, inflasi kelompok harga barang yang ditentukan pemerintah (administered prices) juga minimal.Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi selama Agustus 2009 sebesar 0,56% (mtm) atau 2,75% (yoy). Secara tahunan laju inflasi diperkirakan masih berada pada tren menurun.Membaiknya perekonomian global dan kawasan telah memberikan dampak positif pada membaiknya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Perkembangan ekonomi global yang kondusif, terutama kondisi perekonomian negara mitra dagang, mendukung perbaikan kinerja ekspor.Membaiknya ekspor tersebut diperkirakan mampu mengimbangi peningkatan impor yang terjadi sejalan dengan mulai bergeraknya ekonomi domestik. Selain itu, membaiknya kinerja ekspor pada Triwulan III-2009, diperkirakan akan terus didukung oleh perkembangan harga di pasar internasional.Di sisi neraca modal dan finansial (TMF), aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio masih terus berlanjut seiring dengan kondusifnya kondisi pasar keuangan global, serta persepsi positif terhadap ekonomi domestik.Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Agustus 2009 mencapai 57,9 miliar dollar AS sebelum memasukkan alokasi Special Drawing Right (SDR) IMF, atau setara dengan 5,67 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.Aliran masuk modal asing mendorong penguatan nilai tukar Rupiah. Aliran modal asing terus berlangsung ke pasar domestik dan mendukung pasokan valuta asing di pasar uang. Aliran modal asing ke Indonesia didukung oleh optimisme akan pemulihan ekonomi global dan domestik, imbal hasil rupiah yang tetap menarik, dan persepsi risiko yang membaik. Hal ini telah meningkatkan minat dari para pemilik modal terhadap aset di pasar keuangan domestik.
Selama Agustus 2009 nilai tukar rupiah secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,32% menjadi Rp. 9.966 per dolar AS. Rupiah bergerak cukup stabil sebagaimana tercermin pada penurunan volatilitas dari 0,6% pada Juli 2009 menjadi 0,46%. Bank Indonesia memandang bahwa apresiasi rupiah tersebut masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya.Di sektor keuangan domestik, perbaikan kinerja terus ditunjukkan oleh pasar keuangan domestik. Di pasar saham, minat beli investor di bursa meningkat tinggi didukung oleh kondisi fundamental ekonomi domestik yang baik, terutama realisasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan, serta kinerja perusahaan publik pada semester I-2009 yang menunjukkan perkembangan positif. Di pasar uang, kondisi likuiditas di pasar uang antar bank masih cenderung longgar.Hal ini tercermin pada volume transaksi di pasar uang yang mencatat peningkatan. Suku bunga PUAB overnight menurun dari bulan sebelumnya, sejalan dengan arah pergerakan BI Rate. Di pasar obligasi, yield SUN meningkat, yang antara lain disebabkan oleh pelepasan aset oleh beberapa investor asing sebagai akibat aksi profit taking seiring dengan peningkatan yield di periode sebelumnya dan kecenderungan nilai tukar yang menguat.Di sektor perbankan, transmisi kebijakan moneter di pasar keuangan cenderung semakin baik. Penurunan BI Rate sebesar 300 bps sejak Desember 2008 terus diikuti oleh penurunan suku bunga. Hingga Juli 2009, suku bunga dasar pinjaman perbankan mencatat penurunan sebesar 108 bps, suku bunga kredit modal kerja (KMK) turun sebesar 85 bps, kredit investasi (KI) turun sebesar 83 bps, sementara kredit konsumsi masih mencatat kenaikan 53 bps.Penyaluran kredit perbankan juga mulai menunjukkan perbaikan. Hingga Juli 2009 kredit perbankan telah tercatat tumbuh positif, yaitu sebesar 1,2% (ytd) mencapai jumlah Rp 15,9 triliun.Dengan optimisme akan perbaikan ekonomi yang semakin tinggi, penyaluran kredit diperkirakan terus meningkat seiring dengan semakin berkurangnya ketidakpastian perekonomian di sektor riil. Komitmen sejumlah bank untuk menurunkan suku bunga deposito diperkirakan akan semakin mendorong penurunan suku bunga kredit dan penyaluran kredit perbankan.Bank Indonesia akan terus memantau pelaksanaan dari komitmen tersebut dan juga akan menempuh langkah-langkah lanjutan untuk meningkatkan efisiensi perbankan sehingga dapat mendorong penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.Di bidang operasi moneter, untuk memastikan ketersediaan likuiditas perbankan dan mengantisipasi meningkatnya kebutuhan likuiditas perbankan seiring dengan membaiknya prospek penyaluran kredit, maka terhitung mulai Senin 7 September 2009, Bank Indonesia menyediakan transaksi REPO dengan tenor 3 bulan disamping yang sudah tersedia saat ini.
oleh : zulfikar
Perekonomian Indonesia sampai dengan September 2009 menunjukkan kondisi yang cukup stabil dan mengalami perbaikan seiring dengan terus berlangsungnya pemulihan perekonomian global.Sementara itu kondisi ekonomi di China mengalami perbaikan yang cup signifikan akibat stimulus fiskal yang besar yang didorong dengan pertumbuhan kredit perbankan. Kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal ini diindikasikan masih terjaganya CAR per Juli 2009 sebesar 17,0%. Sementara itu, rasio NPL tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antarbank makin membaik dan pertumbuhan DPK meningkat
Dalam tinjauan kebijakan moneter September 2009, yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) pada awal September 2009 disebutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 diperkirakan akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Meski membaik, masih tingginya tingkat pengangguran dan risiko kesinambungan fiskal di Amerika Serikat dan Eropa menjadi catatan dalam menyikapi perkembangan tersebut.Pemulihan ekonomi global yang berlanjut mendorong perbaikan risiko dan likuiditas pasar keuangan global yang berimbas pada masuknya arus modal asing. Optimisme di pasar keuangan global tercermin pada membaiknya persepsi risiko mendorong turunnya intensitas keketatan likuiditas di pasar uang.Di sektor perbankan global, persepsi risiko juga masih berada dalam tren menurun. Perkembangan positif di pasar keuangan negara maju tersebut berimbas pada pasar keuangan di Asia. Hal itu memicu aliran masuk modal asing ke pasar keuangan regional, termasuk Indonesia. Indeks harga di berbagai bursa saham regional meningkat. Selain itu, nilai tukar negara-negara di kawasan mencatat penguatan sebagai imbas dari arus masuk modal asing.Di dalam negeri, kinerja perekonomian Indonesia terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan sehingga pertumbuhan ekonomi Triwulan III-2009 berpotensi lebih baik dari yang diperkirakan semula sebesar 3,9%. Dari sisi konsumsi, berbagai indikator terkini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat masih kuat.Sementara tingkat penjualan barang eceran dan barang tahan lama (durables) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen akan membaiknya perekonomian juga menjadi faktor yang menjadikan pertumbuhan konsumsi masih menguat. Hal ini didukung pula oleh ketersediaan pembiayaan dari perbankan.Sementara itu, kegiatan investasi di Indonesia belum menunjukkan perbaikan signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi permintaan domestik maupun eksternal yang masih relatif lemah. Di sisi eksternal, membaiknya perekonomian di Cina dan India, telah mendorong perbaikan kegiatan ekspor.Dengan demikian, ekspor berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama triwulan III-2009 berpotensi sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.Di sisi harga, inflasi selama Agustus 2009 mencatat peningkatan sesuai pola musiman terkait dengan aktivitas Ramadhan, namun inflasi inti masih dalam tren menurun. Seiring dengan kegiatan di bulan Ramadhan, terjadi peningkatan harga bahan makanan. Hal ini menyebabkan inflasi kelompok makanan bergejolak (volatile food) mencatat peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.Sementara itu, inflasi inti masih dalam tren menurun, didukung oleh penguatan nilai tukar, rendahnya tekanan imported inflation, serta menurunnya ekspektasi inflasi masyarakat. Lebih lanjut, inflasi kelompok harga barang yang ditentukan pemerintah (administered prices) juga minimal.Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi selama Agustus 2009 sebesar 0,56% (mtm) atau 2,75% (yoy). Secara tahunan laju inflasi diperkirakan masih berada pada tren menurun.Membaiknya perekonomian global dan kawasan telah memberikan dampak positif pada membaiknya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Perkembangan ekonomi global yang kondusif, terutama kondisi perekonomian negara mitra dagang, mendukung perbaikan kinerja ekspor.Membaiknya ekspor tersebut diperkirakan mampu mengimbangi peningkatan impor yang terjadi sejalan dengan mulai bergeraknya ekonomi domestik. Selain itu, membaiknya kinerja ekspor pada Triwulan III-2009, diperkirakan akan terus didukung oleh perkembangan harga di pasar internasional.Di sisi neraca modal dan finansial (TMF), aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio masih terus berlanjut seiring dengan kondusifnya kondisi pasar keuangan global, serta persepsi positif terhadap ekonomi domestik.Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Agustus 2009 mencapai 57,9 miliar dollar AS sebelum memasukkan alokasi Special Drawing Right (SDR) IMF, atau setara dengan 5,67 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.Aliran masuk modal asing mendorong penguatan nilai tukar Rupiah. Aliran modal asing terus berlangsung ke pasar domestik dan mendukung pasokan valuta asing di pasar uang. Aliran modal asing ke Indonesia didukung oleh optimisme akan pemulihan ekonomi global dan domestik, imbal hasil rupiah yang tetap menarik, dan persepsi risiko yang membaik. Hal ini telah meningkatkan minat dari para pemilik modal terhadap aset di pasar keuangan domestik.
Selama Agustus 2009 nilai tukar rupiah secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,32% menjadi Rp. 9.966 per dolar AS. Rupiah bergerak cukup stabil sebagaimana tercermin pada penurunan volatilitas dari 0,6% pada Juli 2009 menjadi 0,46%. Bank Indonesia memandang bahwa apresiasi rupiah tersebut masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya.Di sektor keuangan domestik, perbaikan kinerja terus ditunjukkan oleh pasar keuangan domestik. Di pasar saham, minat beli investor di bursa meningkat tinggi didukung oleh kondisi fundamental ekonomi domestik yang baik, terutama realisasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan, serta kinerja perusahaan publik pada semester I-2009 yang menunjukkan perkembangan positif. Di pasar uang, kondisi likuiditas di pasar uang antar bank masih cenderung longgar.Hal ini tercermin pada volume transaksi di pasar uang yang mencatat peningkatan. Suku bunga PUAB overnight menurun dari bulan sebelumnya, sejalan dengan arah pergerakan BI Rate. Di pasar obligasi, yield SUN meningkat, yang antara lain disebabkan oleh pelepasan aset oleh beberapa investor asing sebagai akibat aksi profit taking seiring dengan peningkatan yield di periode sebelumnya dan kecenderungan nilai tukar yang menguat.Di sektor perbankan, transmisi kebijakan moneter di pasar keuangan cenderung semakin baik. Penurunan BI Rate sebesar 300 bps sejak Desember 2008 terus diikuti oleh penurunan suku bunga. Hingga Juli 2009, suku bunga dasar pinjaman perbankan mencatat penurunan sebesar 108 bps, suku bunga kredit modal kerja (KMK) turun sebesar 85 bps, kredit investasi (KI) turun sebesar 83 bps, sementara kredit konsumsi masih mencatat kenaikan 53 bps.Penyaluran kredit perbankan juga mulai menunjukkan perbaikan. Hingga Juli 2009 kredit perbankan telah tercatat tumbuh positif, yaitu sebesar 1,2% (ytd) mencapai jumlah Rp 15,9 triliun.Dengan optimisme akan perbaikan ekonomi yang semakin tinggi, penyaluran kredit diperkirakan terus meningkat seiring dengan semakin berkurangnya ketidakpastian perekonomian di sektor riil. Komitmen sejumlah bank untuk menurunkan suku bunga deposito diperkirakan akan semakin mendorong penurunan suku bunga kredit dan penyaluran kredit perbankan.Bank Indonesia akan terus memantau pelaksanaan dari komitmen tersebut dan juga akan menempuh langkah-langkah lanjutan untuk meningkatkan efisiensi perbankan sehingga dapat mendorong penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.Di bidang operasi moneter, untuk memastikan ketersediaan likuiditas perbankan dan mengantisipasi meningkatnya kebutuhan likuiditas perbankan seiring dengan membaiknya prospek penyaluran kredit, maka terhitung mulai Senin 7 September 2009, Bank Indonesia menyediakan transaksi REPO dengan tenor 3 bulan disamping yang sudah tersedia saat ini.
Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu diindikasikan oleh masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Juli 2009 sebesar 17,0%. Sementara itu, rasio gross Non Performing Loan (NPL) tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antar bank makin membaik dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat.Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 September 2009 memutuskan untuk mempertahankan BI rate tetap sebesar 6,5%. Dewan Gubernur memandang bahwa pelonggaran moneter sejak Desember 2008 melalui penurunan suku bunga BI Rate sebesar 300 bps menjadi 6,5% cukup kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan. Tingkat BI Rate 6,50% tersebut juga dipandang konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi pada 2010 sebesar 5% ± 1
0 Comments:
Post a Comment