Perdagangan RI Surplus US$ 6 M
oleh : zulfikar
Neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-April 2009 surplus US$ 6 miliar. Sedangkan pada April 2009, surplus perdagangan RI tercatat US$ 2,1 miliar. Pencapaian itu diharapkan menjadi sinyal bagi peningkatan cadangan devisa. “Terjadi surplus untuk neraca perdagangan kita. Lumayan. Itu menunjukkan, penurunan impor ternyata masih lebih besar dibandingkan penurunan ekspor,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan saat pembacaaan Berita Resmi Statistik di Jakarta, Senin (1/6).Rusman menjelaskan, ekspor April 2009 mencapai US$ 8,46 miliar atau turun 1,18% dibanding Maret 2009 (month to month/mtm) dan turun 22,55% (year on year/yoy). “Sedangkan impor April hanya sekitar US$ 6,38 miliar, jadi ada surplus perdagangan US$ 2,08 miliar," ujar dia. Secara kumulatif, kata Rusman, nilai ekspor Januari-April 2009 mencapai US$ 31,49 miliar atau menurun 29,51% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada komoditas bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 592,3 juta. ”Peningkatan ekspor terbesar terjadi pada bahan bakar mineral US$ 238,6 juta,” ucap dia.Rusman menambahkan, Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada April 2009 yaitu mencapai US$ 830,3 juta, disusulAmerika Serikat (AS) US$ 768,4 juta, dan Jepang US$ 687,4 juta. Ketiga pasar tujuan eskpor tersebut berkontribusi hingga 31,73 % terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. “Ekspor ke Tiongkok dan AS pada April dibandingkan Maret 2009 tetap bertumbuh, sedangkan ke Jepang menurun,” tutur dia.Berdasarkan sektor, kata Rusman, ekspor hasil industri Januari-April 2009 turun 28,29 % dibandingkan periode sama 2008. Ekspor hasil pertanian juga merosot 7,38 %. “Sebaliknya, ekspor hasil tambang dan lainnya naik hingga 11,63 %, dipicu oleh peningkatan secara volume dan kenaikan harga,” papar Rusman. Sementara itu, nilai impor April 2009 tercatat US$ 6,38 miliar atau turun 2,58% (mom). Sedangkan impor periode Januari-April 2009 mencapai US$ 25,48 miliar atau turun 38,42% (yoy).”Impor terbesar dari Tiongkok senilai US$ 3,77 miliar (17,8%), Jepang US$ 2,79 miliar (13,18%), Singapura US$ 2,47 miliar (11,68%). Sedangkan porsi impor dari Asean sekitar 22,26%,” ujar Rusman.
oleh : zulfikar
Neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-April 2009 surplus US$ 6 miliar. Sedangkan pada April 2009, surplus perdagangan RI tercatat US$ 2,1 miliar. Pencapaian itu diharapkan menjadi sinyal bagi peningkatan cadangan devisa. “Terjadi surplus untuk neraca perdagangan kita. Lumayan. Itu menunjukkan, penurunan impor ternyata masih lebih besar dibandingkan penurunan ekspor,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan saat pembacaaan Berita Resmi Statistik di Jakarta, Senin (1/6).Rusman menjelaskan, ekspor April 2009 mencapai US$ 8,46 miliar atau turun 1,18% dibanding Maret 2009 (month to month/mtm) dan turun 22,55% (year on year/yoy). “Sedangkan impor April hanya sekitar US$ 6,38 miliar, jadi ada surplus perdagangan US$ 2,08 miliar," ujar dia. Secara kumulatif, kata Rusman, nilai ekspor Januari-April 2009 mencapai US$ 31,49 miliar atau menurun 29,51% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada komoditas bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 592,3 juta. ”Peningkatan ekspor terbesar terjadi pada bahan bakar mineral US$ 238,6 juta,” ucap dia.Rusman menambahkan, Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada April 2009 yaitu mencapai US$ 830,3 juta, disusulAmerika Serikat (AS) US$ 768,4 juta, dan Jepang US$ 687,4 juta. Ketiga pasar tujuan eskpor tersebut berkontribusi hingga 31,73 % terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. “Ekspor ke Tiongkok dan AS pada April dibandingkan Maret 2009 tetap bertumbuh, sedangkan ke Jepang menurun,” tutur dia.Berdasarkan sektor, kata Rusman, ekspor hasil industri Januari-April 2009 turun 28,29 % dibandingkan periode sama 2008. Ekspor hasil pertanian juga merosot 7,38 %. “Sebaliknya, ekspor hasil tambang dan lainnya naik hingga 11,63 %, dipicu oleh peningkatan secara volume dan kenaikan harga,” papar Rusman. Sementara itu, nilai impor April 2009 tercatat US$ 6,38 miliar atau turun 2,58% (mom). Sedangkan impor periode Januari-April 2009 mencapai US$ 25,48 miliar atau turun 38,42% (yoy).”Impor terbesar dari Tiongkok senilai US$ 3,77 miliar (17,8%), Jepang US$ 2,79 miliar (13,18%), Singapura US$ 2,47 miliar (11,68%). Sedangkan porsi impor dari Asean sekitar 22,26%,” ujar Rusman.
Sudah Diperkirakan
Secara terpisah, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengakui, kinerja perdagangan internasional pemerintah bakal menurun, paling tidak hingga semester I-2009. Hal itu disebabkan oleh krisis ekonomi global yang menggerus perekonomian dunia, termasuk ekspor dan impor Indonesia. ”Dampak lainnya adalah perlambatan perdagangan internasional akan meningkatkan jumlah pengangguran Indonesia. Jadi, penurunan ekspor sudah diperkirakan sebelumnya,” tutur dia.Chief Economist BNI Tony Prasetiantono menilai, Indonesia masih cukup beruntung karena penurunan impor masih lebih tajam daripada penurunan ekspor. Itu membuat RI bisa mempertahankan surplus perdagangan. Menurut dia, dengan posisi surplus tersebut, pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa terdorong naik. ”Ke depan, saya masih yakin ekspor akan membaik. Indikasinya, harga minyak dunia naik menjadi US$ 67 per barel. Ini akan menular ke produk primer lainnya yang menjadi andalan ekspor kita, seperti CPO, karet, dan kopi,” papar dia.
0 Comments:
Post a Comment