-->

Minggu, 23 September 2007

Ekonomi AS Dibayang-bayangi Resesi

Ekonomi AS dibayang-bayangi Resesi Tahun depan
Oleh : Zulfikar
Pasar saham di Wall Street mengalami kenaikan cukup drastis pekan lalu setelah Badan Cadangan Federal AS (Fed) secara mengejutkan menaikkan suku bunga antar bank overnight (fed fund rate) mencapai setengah poin, akan tetapi sejumlah analis memperingatkan masih besarnya kemungkinan negara itu mengalami resesi tahun depan.
Walaupun pandangan seperti itu masih bersifat universal, namun kekhawatiran akan hal tersebut masih tetap ada.


Setelah mengalami kenaikan paling tinggi satu hari Selasa lalu dalam hampir lima tahun, harga saham terus naik keesokan harinya sebelum turun lagi Kamis dan Jumat untuk kembali pada kenaikan 3,1% dari pekan sebelumnya.

Kendati reaksi pasar yang mendadak terhadap langkah dramatis yang diambil Fed itu cukup memberi semangat kepada pasar, namun sejumlah analis khawatir masalah yang berakar dari sektor kredit perumahan yang menggoncangkan itu masih bisa menekan pengeluaran konsumen dan menekan pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, beberapa pengamat lain lebih beranggapan bahwa Fed sudah bertindak dengan cukup sempatik untuk menghindarkan hal itu.

Dalam beberapa pekan mendatang, para ekonom akan melihat data penjualan rumah, penjualan eceran dan terutama jumlah lapangan kerja akan mendekati tanda-tanda tentang siapa yang benar.

Semuanya merupakan indikator penting terhadap pengeluaran konsumen yang mengendalikan duapertiga perekonomian AS.

“Terdapat risiko resesi yang cukup signifikan tahun depan,” Robert Shiller, profesor di Universitas Yale dan salah satu pakar keuangan terkemukan negara itu mengatakan Rabu lalu di depan Komite Ekonomi Bersama Kongres AS. “Saya khawatir anjloknya harga rumah akan membuat keadaan paling parah sejak masa Great Depression.”

HARGA RUMAH BISA ANJLOK 13%

Harga rumah bisa saja anjlok hingga 13% lagi di banyak kota mulai Agustus tahun depan, jauh di atas penurunan yang sudah terjadi 6,5% baru-baru ini. Ini bisa berarti penurunan triliunan dolar dalam harga rumah, kata Shiller.

Ketua Fed Ben Bernanke mengatakan dalam dengar pendapat dengan House Financial Services Committee hari Kamis lalu, “Kami mengambil langkah itu guna mencoba keluar dari situasi yang lebih buruk.”

Dia menambahkan bahwa masalah di sektor perumahan telah merembet ke berbagai sektor lain seperti kredit komersial yang mangancam perekonomian.

Bernanke juga memperingatkan bahwa penurunan suku bunga tersebut bukan untuk meringankan seluruhnya terhadap gejolak di Wall Street baru-baru ini. “Terlalu banyak ketidakpastian,” tambahnya.

Wall Street berbeda pendapat tentang apa yang akan dilakukan Fed dalam sidangnya Oktober mendatang. Banyak yang meramalkan akan diturunkannya lagi suku bunga dengan seperempat poin, namun pihak lain memperkirakan Fed akan tetap mempertahankan suku bunga 4,75% tersebut.

Alasan utama mengapa bank sentral AS itu tidak akan menurunkan suku bunga lagi ialah risiko inflasi.

Inflasi inti yang memicu naiknya harga makanan dan energi berada dalam keadaan stabil dalam beberapa bulan belakangan ini, namun bisa saja melaju jika dampak dari harga makanan dan energi yang tinggi berpengaruh kepada harga konsumen lainnya.



0 Comments: