-->

Rabu, 16 November 2011

Jaga Likuiditas BI Gunakan reverse repo

Bank Indonesia (BI) menyiapkan sejumlah cara mengantisipasi keadaan itu. Salah satunya, mengaktifkan instrumen reverse repurchase agreement (repo) jangka pendek Surat Berharga Negara (SBN). Kebijakan ini ditempuh, sejak BI aktif membeli SBN pemerintah dengan memakai cadangan devisa.Reverse repo adalah penjualan SBN milik BI ke bank. Transaksi ini disertai komitmen bank sentral yang akan membeli kembali SBN tersebut pada jangka waktu yang ditentukan. Reverse repo merupakan instrumen untuk menyerap likuiditas di pasar. BI menyediakan layanan ini melalui Variable Rated Tender (VRT). Tenornya mulai 1 hari hingga 12 bulan.Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo menjelaskan, reverse repo menyasar bank yang kelebihan likuiditas, tapi memiliki keterbatasan dalam mengakses pasar keuangan. "BI memiliki SBN lebih dari Rp 60 triliun, sekitar 90% sudah kami reverse repo," ujar Perry,Selasa (15/11).

Selain menyediakan reverse repo, BI juga membuka kesempatan bagi bank pemilik SBN dan SBI yang sedang kesulitan likuiditas melakukan repo atau menggadaikan surat berharga mereka. "Dua bulan terakhir kami mengumpulkan SBN dan kami reverse repo dalam Operasi Pasar Moneter," tambah Perry.

Aliran likuiditas ke instrumen jangka pendek ini akibat banyak faktor. Salah satunya, ketidakpastian capital inflow. Ssaat krisis memburuk, suplai dana jangka pendek ke sistem keuangan tidak bisa dipastikan. Ada kemungkinan bakal menurun sehingga bank harus siap mengantisipasinya.

Di sisi lain, bank membutuhkan dana untuk menopang ekspansi. Ini memacu perebutan dana jangka pendek di antara bank.

Menambah cadangan

Berdasarkan data BI, hingga 11 November 2011, total reverse repo BI mencapai Rp 58,2 triliun. Adapun Term Deposit (TD) 1-3 bulan mencapai Rp 8,2 triliun, TD lebih dari 3 bulan Rp 152,7 triliun, dan SBI 9 bulan Rp 143,1 triliun. Adapun total penempatan dana bank di BI Rp 429 triliun.

Dibandingkan akhir Juni 2011, reverse repo mencapai Rp 26 triliun. TD 1 bulan sebesar Rp 34,3 triliun, TD 3 bulan Rp 116,3 triliun dan TD lebih dari 3 bulan mencapai Rp 51,3 triliun. Adapun SBI 6 bulan Rp 5 triliun, SBI 9 bulan Rp 180,9 triliun, sehingga total dana di instrumen perbankan mencapai Rp 485,7 triliun.


Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan mengatakan bank meminati instrumen ini karena sangat likuid dan bisa menjadi semacam simpanan di BI untuk jaga-jaga bila ada capital reversal atau pembalikan dana. "Juga bisa mendorong pinjaman dengan penjaminan di pasar," ujarnya.

Tingginya minat perbankan di reverse repo dan repo ini karena Pasar Uang Antarbank (PUAB) tidak berkembang. Pasalnya, masih ada hambatan dalam memberikan pinjaman seperti batas penyaluran pinjaman pada grup sendiri. "Ekses likuiditas perbankan memang besar, tetapi hanya terpusat pada beberapa bank besar," terang Anton.

Kepala Tresuri Bank Commonwealth Indonesia, Lucky Safril, mengatakan, berkembangnya transaksi tersebut karena SBI sudah tidak fleksibel bagi bank, sejak diterapkan six month holding period. Ini membuat pasar sekunder SBI kurang likuid.

Menurut dia, kebijakan ini sangat membantu apalagi saat pasar sepi, BI sering transaksi ini tiga kali dalam sepekan. "Kebijakan ini juga menambah secondary reserve bank di BI." ujar Lucky



0 Comments: